Serang — Pengembangan Unit Pengolah Pupuk Organik (UPPO) adalah upaya memperbaiki kesuburan lahan untuk meningkatkan produktivitas pertanian, yang difasilitasi dengan Pembangunan Unit Pengolah Pupuk Organik, yang terdiri dari bangunan rumah kompos, bangunan bak fermentasi, alat pengolah pupuk organik (APPO), serta kendaraan roda tiga,
Namun pelaksanaannya program ini diduga banyak oknum Kelompok tani yang nakal, mereka memanfaatkan Anggaran, dari mulai membeli kerbau kurang satu atau kerbau mati di foto/dukomentasikan supaya kelihatan beneran mati padahal kerbau di jual ketukang jagal. Kejadian ini di duga terjadi di kampung Temboga Desa Tanara yang diketuai pokmas Haji Junedi.
Setelah ada nya pemberitaan di media ini, Tim kembali ke lokasi guna memastikan ucapan yang disampaikan oleh Haji Junedi selaku ketua kelompok tani, sebelumnya disampaikan dia bahwasannya kerbau itu masih ada, dan di urus sama orang lain yang berada desa pedaleman pesisir orang tersebut di gaji 50.000 perhari.
Setibanya Tim media Di kampung kepaksan RT 03/01 Desa Pedaleman pesisir kecamatan Tanara Kabupaten Serang Banten, Benar saja dugaan media ini, bahwa kerbau-kerbau itu tidak ada 8 ekor, hanya menyisakan dua ekor kerbau hal ini tentunya diduga tidak sesuai Apa yang sudah disampaikan Haji Junedi kepada media sebelumnya.
Menurut keterangan beberapa warga hasil investigasi media ini mengatakan kalau kerbau Haji Junedi itu di urus orang sini, namanya Taam dan Jaya mereka menggembala nya di tanah Abang (desa padeleman)
" Sepengetahuan saya kerbau kang Haji Junedi mah itu tiap harinya di gembala kan di sawah tanah Abang masih daerah sini padeleman, kecamatan Tanara, biasa sama Taam dan kang jaya ( pekerja Haji Junedi)
Kerbaunya tinggal dua, yang lain nggak tahu, kesana saja kang jaya nya juga pasti ada di situ", ucap Minggu 28/07/2024.
Kemudian Jaya, selaku pembantu Haji Junedi saat di pertanyakan terkait kerbau program UPPO ia menjelaskan,
" Kalau saya cuman bantuin saja yang di bayar 50.000 perhari bersama Taam, kalau kerbau sepengetahuan saya itu ada 3 ekor, mati satu. Kenapa bisa mati soalnya gak di urusin kerbaunya, boro boro di mandikan di kasih minum juga tidak,".ujar Jaya.
Jaya juga menjelaskan bahwa tanah yang di dijadikan kandang dan rumah kompos itu milik Pelet, dan yang mengelola itu bernama Manun,.
"Dulu juga yang sering ngambilin rumputnya itu saya. Kalau untuk kerbau yang 5 kayaknya di jual, tapi jual nya saya gak tahu. Soalnya, kerbau yang mati itu juga pas bulan puasa, begitu mau buka puasa melihat kerbau yang sakit pas di pegang sudah tidak ada napasnya. Waduh ini mah sudah mati kalau gini gak jadi duit," .kata dia seraya meniru ucapan Pelet.
Masih kata jaya "dulu juga waktu di urus mang manun itu nggak kuat kecapean kayaknya,, makanya saya yang di suruh ngurusin itu kerbaunya, ya itu sisa 2 lagi silahkan kalau mau di foto foto, pungkasnya.
Untuk melengkapi data, tim media berencana untuk melakukan konfirmasi ke dinas terkait. Diminta dinas pertanian Kabupaten Serang untuk menyelidiki dugaan korupsi dan melakukan pengecekan terhadap kelompok tani di Tanara.
[Ali/ tis]
COMMENTS