Program Ketahanan Pangan (Ketapang) tahun 2024 di Desa Tengkurak, Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang, menuai sorotan tajam.
Serang – Program Ketahanan Pangan (Ketapang) tahun 2024 di Desa Tengkurak, Kecamatan Tirtayasa, Kabupaten Serang, menuai sorotan tajam. Anggaran Dana Desa (DD) sebesar Rp134.924.000 yang dialokasikan untuk pengelolaan 5.000 ekor unggas Bebek Peking kini dipertanyakan. Pasalnya, kandang Bebek Peking tersebut saat ini dalam keadaan kosong tanpa penghuni.
Ironisnya, program serupa pada 2023 yang menganggarkan Rp125.850.000 untuk peternakan kambing Garut juga diduga bermasalah. Berdasarkan investigasi tim media Penasultan.co.id, kedua program tersebut diduga lebih menguntungkan keluarga Kepala Desa Tengkurak, Suryadi, daripada memberdayakan masyarakat.
Keluarga Kades Diduga Mendominasi
Pengelolaan Bebek Peking dilaporkan dikelola oleh adik Kepala Desa, Muji, dengan sistem pembayaran pekerja yang dianggap tidak manusiawi. Para pekerja hanya dibayar Rp10.000 per hari. sedangkan di tahun sebelumnya 2023, program ketahanan pangan pemberdayaan ternak kambing Garut. Program ini di kelola oleh kepala desanya sendiri, bukan oleh masyarakat atau kelompok yang sudah ada bimbingan teknis (bimtek), warga setempat hanya di suruh kerja, sistem nya bagi hasil dari program tersebut, untuk sehari - harinya hanya di kasih bayar Rp. 10.000 per hari, dan yang lebih parahnya, dalam setahun, mereka bahkan hanya menerima Rp300.000, jauh dari standar kelayakan.
![]() |
foto: kondisi kandang domba |
Mukrizi, salah satu pekerja yang mengurus kambing Garut, membenarkan hal ini. Ia mengaku sebelumnya hanya diberi 25 ekor kambing dari total 30 ekor yang dialokasikan, karena 5 ekor kambing mati. Ia juga menceritakan dahulu kambing tersebut yang mengelola adalah adiknya kades.
"Dulu nya kambing itu di kelola oleh adiknya pak kades, benama pak Muji, tapi nggak kuat, kambing nya mati 5.Sekarang saya di suruh oleh pak kades mengembala kambing nya dengan perjanjian perhari Rp 10.000 dan kalau kambing nya di jual, nanti bagi hasil nya," katanya, kamis,(23/1)
Namun Mukrizi mengeluhkan dengan janji yang diberikan kepala desa terhadap dirinya yang dianggap tak sesuai janji,
"Perjanjian nya sih bagi hasil dan sehari-hari itu di kasih Rp. 10.000 tapi sudah setahun baru di kasih 300 ribu, saya kalau nggak ngerongsok mah tau makan tahu nggak pengen ngopi saja sulit pak.," keluh Mukrizi.
Lebih lanjut, ia menyebut kambing yang disebut "Kambing Garut" justru tidak sesuai standar. "Ngomong nya kambing Garut,Tapi menurut saya kalau kambing Garut nya KW (palsu -red), biasanya kalau kambing garut, itu gede dan kuping nya tidak begitu, ini Kambingnya kecil-kecil, saya rasa ini bukan kambing Garut asli. Tapi ya tetap saya urus," tambahnya.
Bebek Peking Tinggal Kandang Kosong
Sementara Orang tua Kepala Desa Suryadi yang ditemui terpisah mengungkapkan bahwa peternakan Bebek Peking sudah tidak beroperasi lagi karena terus merugi.
"Bebeknya sudah nggak ada, selalu rugi. Kerugiannya sampai Rp70 juta. Harga dagingnya murah, hanya Rp14.000 per kilogram. Belum lagi biaya pakan dan gaji pekerja. Nggak mungkin dilanjutkan," jelasnya.
Kades Bungkam Saat Diklarifikasi
Ketika dikonfirmasi melalui pesan WhatsApp, Kepala Desa Suryadi memberikan jawaban singkat dan seolah enggan menanggapi.
"Punten kang, saya lagi rapat di Serang," jawabnya singkat tanpa merespons pertanyaan lebih lanjut.
Desakan Transparansi
Program Ketapang yang seharusnya menjadi solusi ketahanan pangan di Desa Tengkurak justru memunculkan tanda tanya besar. Dugaan penyimpangan anggaran ini menjadi bukti perlunya transparansi dalam pengelolaan Dana Desa.
Masyarakat berharap aparat penegak hukum dan pihak terkait segera mengusut tuntas dugaan penyimpangan ini agar program ketahanan pangan benar-benar dirasakan manfaatnya oleh warga, bukan hanya segelintir pihak.
(Tis/Li/Mat)
COMMENTS