Program Ketahanan Pangan (Ketapang) Hewani di Desa Kendayakan, Kecamatan Kragilan, Kabupaten Serang, menjadi sorotan tajam.
![]() |
Program Ketahanan Pangan (Ketapang) Hewani di Desa Kendayakan, Kecamatan Kragilan (doc. Udin/Udin penasultan.co.id) |
Serang – Program Ketahanan Pangan (Ketapang) Hewani di Desa Kendayakan, Kecamatan Kragilan, Kabupaten Serang, menjadi sorotan tajam. Program yang mengandalkan Dana Desa tahun anggaran 2024 ini telah direalisasikan di tiga kampung, yaitu Kampung Malang Nengah, Kampung Kobakan, dan Kampung Kosambi Cawang. Namun, transparansi dan efektivitas pelaksanaannya mulai menuai tanda tanya.
Program ini mencakup pengadaan kambing dan pembangunan kandang untuk meningkatkan produksi peternakan. Kepala Desa Kendayakan, Lukman, menjelaskan bahwa pelaksanaan program dilakukan secara berkelompok, dengan masing-masing kelompok terdiri atas 10 orang. Setiap lokasi menerima 11 ekor kambing—10 betina dan 1 pejantan—dengan nilai anggaran Rp 33.000.000 untuk pengadaan kambing dan Rp 33.180.000 untuk pembangunan kandang. Total anggaran per titik mencapai Rp 66,180.000.
Namun, saat ditelisik lebih dalam, harga satuan kambing yang "dipukul rata" Rp 3 juta per ekor, baik betina maupun pejantan, memicu kecurigaan.
“Harganya sudah termasuk pajak,” ungkap Lukman dengan nada suara bergetar, saat ditemui pada Jumat (24/01/2025).
Selain itu, biaya pembuatan kandang yang mencapai Rp 33,180.000 per lokasi juga menjadi bahan perbincangan hangat. Dengan anggaran sebesar itu, publik mempertanyakan kualitas dan spesifikasi kandang yang dibangun.
Meski program ini telah berjalan selama enam bulan, efektivitasnya dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat desa belum terlihat jelas. Realisasi program yang menggunakan dana desa bernilai fantastis ini membutuhkan pengawasan lebih ketat, agar tidak menjadi ajang pemborosan atau, lebih buruk lagi, penyalahgunaan anggaran.
Masyarakat berharap pemerintah desa bisa lebih transparan dan akuntabel dalam menjelaskan rincian penggunaan dana. Jangan sampai program ini hanya menjadi "kambing hitam" dari anggaran desa yang tidak tepat sasaran.
(Uci/Udin)
COMMENTS